Jumat, 07 Oktober 2011

TEKNOLOGI PENANGKAL PETIR

Petir atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya nongol pada musim hujan saat di langit ada kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan. Nggak lama kemudian terdengar suara menggelegar yang dikenal Guruh alias guludug (bahasa planet Pajajaran). Kenapa kilat dan guruh nggak berbarengan keluarnya? Kata mereka sih, khawatir timbul fitnah. Entar mereka disangka jadian lagi. Hehehe..nggak ding. Itu lantaran adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya aja. Dan ternyata, cahaya lebih cepat dibanding suara.

Menurut batasan fisika, petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua massa dengan medan listrik berbeda yang terjadi di awan sana. Saking besarnya energi dari pelepasan itu, timbullah rentetan cahaya, panas, dan bunyi yang sangat kuat. Geluduk, guntur, atau halilintar ini dapat menghancurkan bangunan, membunuh manusia, dan memusnahkan pohon. Sebelumnya ketika petir itu melesat, tubuh awan akan terang dibuatnya akibat udara yang terbelah. Sambarannya yang rata-rata memiliki kecepatan 150.000 km/detik itu juga akan menimbulkan bunyi yang menggelegar. Gelegar!!!
Indonesia yang terletak pada daerah tropik memiliki tingkat resiko kerusakan akibat petir yang cukup tinggi dibandingkan daerah subtropik. Wilayah Indonesia memiliki hari guruh atau IKL (Isocronic Level) antara 100-200 hari pertahun sehingga termasuk wilayah dengan kategori kejadian petir yang sangat tinggi. Bahkan daerah Cibinong sempat tercatat pada Guiness Book of Record tahun 1988, karena mengalami 322 kejadian petir per tahun. Kerapatan petir di Indonesia juga sangat besar yaitu 12/km2/tahun yang berarti setiap luas area 1 km2 berpotensi menerima sambaran petir sebanyak 12 kali setiap tahunnya. Energi yang dihasilkan oleh satu sambaran petir mencapai 55 kilo watt jam. Mantaps, gosong-gosong dah!
 Sejak dulu, manusia telah berusaha mengembangkan metode untuk menangkal bahaya sambaran petir salah satunya dengan teknologi penangkal petir. Penangkal petir adalah rangkaian jalur yang difungsikan sebagai jalan bagi petir menuju ke permukaan bumi, tanpa merusak benda-benda yang dilewatinya. Ada beberapa tipe pengangkal petir diantaranya:
 1. Penangkal Petir Kovensional
   Metode ini dikembangkan oleh Benjamin Franklin 150 tahun yang lalu yakni dengan membuat sistem penyalur arus listrik yang menghubungkan antara bagian atas bangunan dan tempat pembumian (grounding).

2. Penangkal Petir RadioAktif
   Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa petir terjadi karena ada muatan listrik di awan yang dihasilkan oleh proses ionisasi. Maka usaha menghambat proses ionisasi di lakukan dengan cara menggunakan zat radioaktif seperti Radiun 226 dan Ameresium 241 yang mampu menghamburkan ion radiasi yang bisa menetralkan muatan listrik awan. Akan tetapi berdasarkan kesepakatan internasional keberadaan penangkal petir jenis ini sudah dilarang pemakaiannya karena bahaya zat radiokatif terhadap mahluk hidup.

3. Penangkal Petir Elektrostatik
   Prinsip kerja penangkal petir Elektrostatik mengadopsi sebagian sistem penangkal petir Radioaktif dengan menambah muatan pada ujung batang penangkal petir agar petir selalu memilih ujung ini untuk disambar. Perbedaan dari sistem Radioaktif dan Elektrostatik terdapat pada pilihan energi yang dipakai. Untuk Penangkal Petir Radioaktif muatan listrik dihasilkan dari proses hamburan zat radiokatif sedangkan pada penangkal petir elektrostatik energi listrik dihasilkan dari Listrik Awan yang menginduksi permukaan bumi.
    Petir memiliki potensi luar biasa sebagai sumber energi dimasa depan. Walaupun hingga saat ini belum ketemu teknologi pemanfaatannya. Bayangin aja, energi yang dilepaskan oleh satu sambaran petir lebih besar daripada energi yang dihasilkan oleh seluruh pusat pembangkit tenaga listrik di Amerika. Suhu pada jalur di mana petir terbentuk dapat mencapai 10.000 derajat Celcius. Padahal suhu di dalam tanur untuk meleburkan besi “hanya” antara 1.050 dan 1.100 derajat Celcius. Panas yang luar biasa ini berarti bahwa petir dapat dengan mudah membakar dan menghancurkan seluruh unsur yang ada di muka bumi. Fakta lain bahwa cahaya yang dikeluarkan oleh petir lebih terang daripada cahaya 10 juta bola lampu pijar berdaya 100 watt. Wuiih...terang buanget ya! []
Pawang hujan
Pawang hujan adalah profesi seseorang yang dianggap oleh sebagian masyarakat mampu mempercepat atau menghambat turunnya hujan. Seorang pawang hujan dalam melaksanakan profesinya banyak melakukan hal-hal mistis yang tidak masuk akal yang tidak ada kaitannya dengan proses pembentukan hujan seperti membakar kemenyan, menaburkan bumbu masak ke atap rumah dan sebagainya. Dalam pandangan Islam jelas perbuatan ini masuk kategori syirik yang bisa menjerumuskan pelakunya maupun orang yang memanfaatkan jasanya telah melakukan dosa besar.
Secara ilmiah, hujan terjadi karena proses evaporasi dari permukaan air/tanah serta transpirasi tanaman akibat radiasi matahari. Selama proses evapotranspirasi, terjadi pengangkatan massa udara yang mengandung uap air menuju atmosfir. Pada ketinggian tertentu, dengan bantuan inti kondensasi berupa debu atau partikel tertentu, uap air yang terangkat mengalami kondensasi dan mulai membentuk awan yang pada akhirnya dapat menurunkan hujan. Untuk menghambat atau mempercepat pembentukan awan, diperlukan teknik modifikasi cuaca. Salah satunya adalah dengan cara menebarkan butir garam pada lokasi dan ketinggian tertentu sehingga uap air dapat dikonsentrasikan pada lokasi penaburan butir garam tersebut sehingga proses kondensasi dapat dipercepat dan pada akhirnya awan hujan akan segera terbentuk.

Disadur Dari : http://drise-online.com/tafakoor/61-teknologi-penangkal-petir.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar